Riauterkini-PEKANBARU – Komunitas Muslimah Sadar Akhir Zaman (MUSAZ) bekerja sama dengan International Networking for Humanitarian (INH) menggelar acara berjudul "Palestina Kini dan Nanti" di Masjid Al Falah Darul Muttaqien, Jalan Sumatera, Pekanbaru. Acara yang berlangsung pada Sabtu (10/02/2024) dari pukul 08.00 hingga 11.00 WIB ini dikhususkan untuk akhwat.
Pemateri dalam acara ini adalah Ustadz Muhammad Husein Gaza, LC, yang memiliki pengalaman langsung dalam kondisi yang menghancurkan di Jalur Gaza, serta Ustadz H Dr (HC) Zulkifli Muhammad Ali, LC, MPd, yang dikenal dengan sebutan ustadz akhir zaman.
Dibuka dengan pemutaran video situasi memilukan di Jalur Gaza, suasana haru terasa di masjid saat para hadirin menyaksikan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina, terutama anak-anak, akibat serangan udara Israel. Isak tangis terdengar seantero masjid ketika para ibu menangisi anak-anaknya yang tewas atau menggigil ketakutan karena trauma serangan tersebut.
Ustadz Muhammad Husein Gaza, yang telah tinggal di Gaza selama 12 tahun, menyampaikan rasa cinta dan solidaritas kaum Muslimin di Gaza terhadap saudara-saudaranya di Indonesia. Kedermawanan rakyat Indonesia telah sangat membekas di hati dan jiwa rakyat Gaza.
“'Kalau kamu kembali ke Indonesia, sampaikan salam kami kepada saudara-saudara kami di sana.' Kalimat Itu sering sekali saya dengar dari mulut orang Gaza ketika tahu saya orang Indonesia,” kata Muhammad Husein.
Ia menggambarkan betapa kehancuran Gaza setara dengan gabungan perang Irak, Suriah, dan Afghanistan, dengan kekuatan bom yang dijatuhkan Israel tiga kali lipat lebih besar dari bom Hiroshima. Meskipun demikian, luas Gaza hanya separuh dari luas Hiroshima. Para ahli memperkirakan, butuh waktu 90 tahun untuk mengembalikan Gaza ke kondisi semula.
Setelah serangan Hamas melalui sayap militernya Brigade Izzu Din Al Qassam ke wilayah pendudukan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, situasi di Gaza langsung berubah menjadi neraka. Serangan udara Israel datang tak kenal waktu, pagi siang ataupun malam. Gaza yang hanya seluas separuh wilayah Pekanbaru, dihantam bom hingga puluhan ribu ton dan terus berlangsung hingga saat ini.
“Ini bukan perang, ini genosida. Kalau perang, yang berhadapan itu militer dengan militer, tentara lawan tentara. Di Gaza beda, zionis itu menyerang warga sipil. Korbannya termasuk anak-anak dan kaum perempuan dalam jumlah belasan ribu jiwa. Mereka syahid untuk menyelamatkan Baitul Maqdis,” kata Muhammad Husein yang mengambil kuliah tentang Keisraelan dari berbagai sisi, termasuk belajar Bahasa Ibrani itu.
Pada 19 Desember 2023 lalu Muhammad Husein bersama istri dan kedua putranya akhirnya mendarat di Bandar Soekarno-Hatta, Indonesia. Kata-kata Muhammad Husein yang sangat fenomenal tentang kepulangannya itu adalah, “Raga saya memang sudah di Indonesia, tapi jiwa saya masih tinggal di Gaza. Masih banyak teman dan keluarga saya masih tinggal di sana.”
Sehari mendarat di Indonesia, Muhammad Husein mendapat kabar sejumlah anggota keluarga istrinya yang merupakan warga Gaza, syahid akibat serangan udara Israel.
“Saya pulang bukan untuk istirahat, saya pulang untuk melanjutkan perjuangan saya menolong rakyat Gaza. Selain sebagai penggiat kemanusiaan dan mahasiswa, saya juga jurnalis. Karena genosida ini, listrik dan internet mati, sehingga saya tidak bisa bekerja. Jadi saya pikir keberadaan saya di sana tidak terlalu berguna. Jadi lebih baik saya kembali ke Indonesia dulu,” katanya.
Sampai di Indonesia, tanpa membuang waktu, ia langsung bersafari dari satu masjid ke masjid lainnya, hampir di seluruh Indonesia untuk mengabarkan kondisi terkini di Gaza. Mengetuk hati rakyat Indonesia tentang keadaan saudara seiman mereka yang telahg dimusnahkan di Bumi Syam itu. *** (bersambung/yan)