Riauterkini-BENGKALIS- Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkalis terus menunjukkan komitmennya dalam mengedepankan pendekatan humanis dalam penegakan hukum. Pada Kamis (15/5/25) resmi melakukan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif atau RJ.

Perkara yang diajukan untuk penghentian penuntutan adalah kasus tindak pidana pengancaman dengan tersangka Muhammad Guswandi alias Wawan (30), yang disangkakan melanggar Pasal 335 Ayat (1) Ke-1 KUHP. Peristiwa terjadi pada Ahad (9/3/25) di Desa Tambusai Batang Dui, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis.

Peristiwa bermula dari pertikaian antara tersangka dengan penjaga depot air minum milik ayah tirinya, yang kemudian memuncak dengan tindakan pengancaman menggunakan pisau. Namun, kasus ini akhirnya ditempuh melalui jalur keadilan restoratif setelah berbagai pertimbangan.

Penghentian penuntutan ini diajukan berdasarkan beberapa alasan yang telah memenuhi kriteria Peraturan Kejaksaan Agung RI Nomor 15 Tahun 2020, antara lain tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana, ancaman pidana paling lama hanya satu tahun, korban telah memaafkan perbuatan tersangka.

Tersangka telah menerima sanksi sosial berupa membersihkan rumah ibadah di Lapas Kelas IIA Bengkalis. Dan tersangka berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.

"Dengan mempertimbangkan semua aspek tersebut, Kejaksaan Agung RI menyetujui permohonan penghentian penuntutan ini berdasarkan keadilan restoratif," ungkap Kepala Kejari Bengkalis Dr. Sri Odit Megonondo melalui Kasi Intelijen Resky Pradhana Romli, Kamis (15/5/25).

Penghentian penuntutan ini menjadi bukti nyata bahwa Kejari Bengkalis terus mengedepankan prinsip keadilan restoratif, yang tidak hanya fokus pada penghukuman, tetapi juga pada pemulihan hubungan antara pelaku, korban, dan masyarakat.***(dik)