Riauterkini - TELUKKUANTAN - Rahmat Dani, pemerhati wisata alam sangat menyesalkan ketidakpedulian Pemkab Sijunjung menjaga alam nan elok lagi asri dari kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) yang marak di wilayahnya hingga berdampak tercemarnya Sungai Kuantan di Kuansing.
"Bagaimana mungkin Kabupaten Sijunjung peduli dengan budaya Pacu Jalur (aset wisata) sedangkan Silokek saja adalah obyek wisatanya dirusak. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar harus tau itu," ujar Rahmat Dani, dengan nada Kesal menyampaikan kepada riauterkini.com, Kamis (18/9/2025) malam.
Rahmat Dani mengatakan, norma-norma Sumatera Barat kini kian tercoreng, yang biasanya masyarakat Sumatera Barat terkenal dengan adat dan budayanya yang kental, serta pituah-pituah orang Sumbar yang kental dengan ajaran untuk menjaga alam dan sekitarnya.
"Apakah ini yang dimaksud "Alam Takabang Jadi Guru", "Gabak di ulu tando ka hujan, cewang di langik tando ka paneh, "Bumi sampik alam tak sunyi, dio manjadi upeh racun" memberikan tanda untuk bijak dalam memanfaatkan alam," ucap Dani, menyebutkan petuah Sumbar.
Ia menilai petuah ini sudah tergerus, jika melihat alam Sijunjung, yang tak lagi asri seperti dahulu kala, terutama Sungai Silokek, dan Sungai Pelangki yang kian tercemar akibat aktivitas PETI yang menjamur di sepanjang dua aliran sungai itu.
Ia berharap pemangku kepentingan di wilayah ini tidak tutup mata atas kondisi ini. Perlu perhatian serius, agar keasrian alam bisa kembali seperti dahulu kala, karena Sumbar ini yang terkenal adalah alamnya.

"Andai ini tidak jadi perhatian, percayalah wisatawan tidak akan lagi berminat untuk berlibur ke Sumbar. Harus ada aksi nyata, jangan biarkan dirusak hanya untuk kesenangan sesaat, syukuri titipan Sang Pencipta ini dengan cara menjaganya," kata Dani.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Walhi Sumbar, Wengki Purwanto, masih menemukan 100 rakit PETI beroperasi di Sungai Silokek, dan aliran Batang Palangki, yang bermuara ke Sungai Batang Kuantan.
"Lebih kurang 100 kapal PETI aktif masih beroperasi," ujar Wengki Purwanto, Sabtu (13/9/2025), kepada riauterkini.com.
Wengki mengatakan, 100 PETI ini beroperasi menjelang kawasan gerbang Silokek, mulai dari belakang kantor Bupati Sijunjung, aliran Batang Palangki, hingga kawasan Batang Silokek, yang muaranya jatuh ke Batang Kuantan.
Bahkan kata Wengki, PETI beroperasi tak jauh dari kantor Bupati Sijunjung, berjarak lebih kurang 272 meter. suara mesin kapal menderu terdengar hingga ke kantor-kantor pemerintahan setempat.
Laporan yang ia terima, dari masyarakat dua hari belakangan sekitar 40-50 kapal PETI beroperasi khusus di belakang kantor Bupati Sijunjung." Data kami ada 116 titik di Kabupaten Sijunjung," ungkapnya.
Informasi yang disampaikan Wengki tidak hanya sekedar cerita, namun dilengkapi bukti yang kuat berupa poto-poto aktivitas PETI di Kabupaten Sijunjung.
"Dua poto terakhir, posisinya di muara (pertemuan) Batang Sukam-Batang Palangki - Batang Ombilin, yang merupakan aliran Batang Kuantan," jelasnya.
Selain di Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, katanya juga sumber penyumbang keruhnya Sungai Kuantan. Dirinya yakin jika di dua Kabupaten ini berhenti aktivitas PETI, maka Batang Kuantan akan jernih.
"Kami yakin, jika Sumbar berhasil didorong untuk berkomitmen, dalam satu minggu, Batang Kuantan akan jernih kembali," katanya optimis.
Kamis (10/9/2025) Kapolda Sumbar Irj Gatot Tri Suryanta, bersama Forkopimda menggelar rapat koordinasi, dengan kesepakatan menindak praktik PETI sekaligus mencarikan solusi regulasi untuk melegalkan pertambangan.
Di Kabupaten Solok, terlihat Kapolda dan Polres telah melakukan penertiban aktivitas PETI dengan cara membakar barang bukti berupa rakit. Namun, apakah telah ditertibkan secara menyeluruh, belum bisa dipastikan.
Sementara, di Kabupaten Sijunjung, aktivitas ilegal perusak lingkungan ini, masih marak, video yang diterima riauterkini.com Sabtu malam, di Silokek dan Batang Palangki tetap beroperasi. Titik ini merupakan penyebab keruhnya Sungai Kuantan.
Maraknya aktivitas PETI di Silokek dan Sungai Palangki, Wilayah Sijunjung, Bupati Kabupaten Sijunjung, Benny Dwifa Yuswir, dikonfirmasi tidak merespon, baik itu di belakang Kantor Bupati maupun aliran Sungai Sijunjung, hingga berita ini dilayangkan.*** (Jok)