Riauterkini-BENGKALIS- Krisis air baku kembali melanda Waduk Wonosari. Debit air kembali menurun drastis disertai tingkat kekeruhan tinggi akibat berkurang atau terhentinya pasokan air dari sumber masuk. Kondisi ini memaksa Perumda Air Minum Tirta Terubuk mengaktifkan kembali Instalasi Pengolahan Air (IPA) B atau konvensional yang bersifat kondisional untuk menjaga suplai air kepada pelanggan tetap berjalan normal.

IPA B memiliki kapasitas produksi 30 liter per detik dan mampu mengolah air dengan tingkat sedimen tinggi—kondisi yang saat ini tidak dapat ditangani secara optimal oleh instalasi Nano Filter.

Staf Ahli Perumda Tirta Terubuk, Hardianto, didampingi Kabag Hubungan Langganan Tengku Syahrial, menjelaskan bahwa situasi waduk benar-benar kritis.

“Tingkat kekeruhan air baku sekarang mencapai NTU 80, sementara Nano Filter hanya mampu bekerja optimal pada kekeruhan maksimal NTU 40,” ungkap Hardianto, Rabu (19/11/25).

Ia menambahkan, sebelumnya Nano Filter memproduksi 80 liter per detik, namun 70 persen di antaranya terbuang dan hanya 30 persen bisa masuk ke pipa distribusi. Dengan situasi ini, IPA B kembali menjadi andalan utama untuk pengolahan air baku yang memiliki kandungan sedimen tinggi.

“Mengaktifkan IPA B berarti menambah biaya pembelian bahan kimia, tetapi ini pilihan terbaik agar produksi 30 liter per detik tetap berjalan dan untuk menjaga level air waduk yang terus menurun akibat pendangkalan serta berkurangnya pasokan air dari PT MAS,” tegasnya.

Nano Filter tetap dioperasikan dengan kapasitas kecil sebagai suplai tambahan untuk tangki penampungan.

Selain berkurangnya pasokan dari PT. MAS, aliran air menuju waduk juga terganggu akibat dibendungnya salah satu parit oleh pengusaha budidaya ikan arwana di Wonosari Tengah.

“Kami pernah membongkar bendungan itu saat gotong-royong di musim kemarau lalu. Namun ketika dicek kembali, parit kembali dibendung. Saat hendak dibuka lagi, kami diancam: ‘Kalau arwana kami mati, siapa tanggung jawab?’” ungkap Kabag Hubungan Langganan.

Masalah semakin rumit karena parit di area sumber awal PT MAS mengalami pendangkalan serius setelah wilayah tersebut berubah pengelolaan dari PT MAS menjadi Koperasi Meskom, tanpa ada upaya normalisasi.

“Dalam waktu dekat kami akan menyurati Kades Wonosari, Camat Bengkalis, dan pemilik usaha arwana untuk duduk bersama. Harapan kami aliran air bisa dibuka kembali dan normalisasi parit segera dilakukan,” tegas Hardianto.***(dik)