Riauterkini-BENGKALIS- Dampak badai pandemi Covid-19 yang melanda lebih dari setahun ini, tak menyurutkan semangat seorang janda beranak satu, berumur 50 tahun, terus berusaha dan bertahan untuk berjualan di Pelabuhan Bandar Laksamana Jaya (BSL) Bengkalis.
Dia adalah Rosilawati Ani, berdomisili di Kelurahan Rimbas Sekampung, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.
Perempuan paruh baya yang akrab disapa Buk Ani ini tetap gigih dan bersabar berjualan makanan serta minuman ringan sejenisnya yang telah dilakoninya sekitar 10 tahun lalu di pelabuhan itu.
Memanfaatkan sedikit sudut ruang tunggu penumpang untuk dijadikan kios, Buk Ani setiap hari mengais rezeki dari menjajakan barang dagangannya kepada para calon penumpang kapal.
Sebelum pandemi Covid-19 yang terjadi setahun lalu, pedagang kecil satu-satunya di pelabuhan ini setidaknya mampu meraup omset yang cukup lumayan. Untungnya, bisa digunakan Buk Ani untuk menghidupi keluarganya, dan biaya sekolah anaknya yang saat ini sudah belajar di tingkat sekolah menengah atas.
Keadaan dan nasib pun mulai berkata lain, adanya badai pandemi Covid-19 mulai menghantam dan berbagai upaya serta kebijakan seperti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk memutus mata rantai penyebaran virus asal Wuhan, China itu, aktifitas pelabuhanpun berubah drastis.
Sejumlah armada laut yang sehari-hari bersandar di Pelabuhan BSL seketika berhenti beroperasi. Sudah pasti, jasa layanan penumpang pun turut dihentikan.
Kondisi itu sangat mempengaruhi pendapatan Buk Ani. Usaha kecil-kecilan yang beroperasi dari pagi hingga siang hari atau selama pelabuhan beroperasi tersebut, sangat mengandalkan dibeli oleh calon penumpang kapal.
Hasil berjualan Buk Ani mulai terjun ke jurang mencapai rata-rata 70-80 persen dari biasanya. Bahkan, dagangannya dalam sehari sempat hanya laku sebungkus tisu seharga Rp2.000 saja.
Sedikit terobati, dalam menghadapi sulitnya berjualan itu, tahun 2020 lalu Buk Ani menerima bantuan Pemerintah Pusat untuk meringankan beban para pelaku usaha kecil yang terdampak pandemi Covid-19.
"Keadaan sudah seperti ini harus bagaimana lagi? kita harus tetap semangat berjualan untuk anak sekolah. Saya pernah berjualan, sehari itu hanya laku tisu harganya Rp2.000, tetapi saya tetap mencoba bertahan," ucapnya beberapa waktu lalu.
Janda satu orang anak ini juga mengaku harus terus berjualan di kios untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena satu-satunya usaha yang bisa dilakukannya.
"Di rumah pun saya tidak melakukan apa-apa, jadi tetap berjualan sampai sekarang ini," katanya lagi.
Buk Ani juga berharap, usaha kecil miliknya yang sudah puluhan tahun ini bisa maju dan berkembang atau setidaknya-tidaknya kembali seperti dulu sebelum adanya pandemi Covid-19.
"Saya tetap berusaha dan semangat, kepada teman-teman yang juga senasib dengan saya mudahan bersabar, tetap semangat dan berdoa. Mudah-mudahan pandemi seperti ini segera berakhir dan kondisinya kembali seperti semula," harapnya.***(dik)