Riauterkini-PEKANBARU-1 tahun telah berlalu, ledakan kilang minyak Dumai masih menyisakan trauma dan kebingungan pada masyarakat yang terdampak. Kandar warga Tanjung Palas yang rumahnya terdampak kejadian ledakan kilang minyak KPI RU II Dumai (1 april 2023) menceritakan bahwa anak-anak dan wanita masih trauma dan sangat rentan terhadap kejadian ledakan kilang minyak Dumai.
Namun menurutnya, penanganan terhadap masyarakat hingga saat ini tidak jelas. Setahun masyarakat Kelurahan Tanjung Palas dan Jaya Mukti hidup dalam zona bahaya.
"Ini sangat disayangkan pihak terkait telah abai terhadap tangung jawab perlindungan terhadap lingkungan hidup dan masyarakat yang terdampak," tegasnya.
Selama ini, menurutnya masyarakat Tanjung Palas dan Jaya Mukti tidak dilibatkan atau di informasikan dalam menyusun rencana pembangunan atau pengembangan kilang minyak. Sehingga prinsip efektif, efisien, transparan, adil dan akuntabel tidak sepenuhnya berjalan.
Negara juga alpa dalam menjaga keselamatan dan keamanan rakyat Kelurahan Tanjung Palas dan Jaya Mukti. Karena sudah setahun rakyat yang berada dalam zona bahaya tidak juga kunjung di lakukan upaya kongkrit.
"Janji akan menganti rugi pada tahun lalu hanya janji untuk meredam masyarakat bukan upaya untuk menyelesaikan sengketa lingkungan," ungkap Kandar.
Warga Kelurahan Tanjung Palas ini juga merasa heran terhadap NGO yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan kemanusiaan serta hak azasi manusia. Kejadian ledakan kilang minyak tidak mendapat perhatian dari mereka seperti Yayasan Greenpeace Indonesian, Yayasan WWF Indonesia, WALHI, Jikalahari, dan lain-lain padahal kejadian ledakan kilang minyak Pertamina Dumai ini kemungkinan besar faktor dari kealpaan dalam menyusun rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pengembangan masyarakat sekitar kilang.
"Mungkin jika isu ini tidak menjadi perhatian para pihak dan diselesaikan secara komprehensif maka masyarakat akan mencari jalan keadilan dengan cara sendiri. Jangan sampai masyarakat turun kejalan melakukan aksi untuk mencari keadilan. Kami masyarakat lemah dan tidak mempunyai kekuatan apapun selain semangat untuk mempertahankan hidup," tegas Kandar.
Sejarah kilang minyak Dumai, lanjutnya, di bangun masa Presiden Suharto dan di kelola oleh Pertamina. Desa Tanjung Palas sebagai desa induk pada masa pembangunan dan pengembangan kilang minyak Dumai telah beberapa kali mengalami relokasi ini bisa dibuktikan dengan perkuburan masyarakat yang masih berada dalam kilang minyak dan masyarakat tidak keberatan dengan digunakan lahan masyarakat untuk pembangunan kilang minyak tetapi harus dengan proses dialog dan berkeadilan.*(rls)