Riauterkini-PELALAWAN – Sudah satu pekan berlalu sejak kandang jebak (box trap) dipasang di Kelurahan Kerumutan, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Namun, hingga kini beruang liar yang menyerang warga belum juga berhasil ditangkap.

Kandang jebak itu dipasang oleh tim gabungan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Polsek Kerumutan, TNI dan warga, menyusul serangan mematikan terhadap seorang warga bernama Aziin (26) pada 1 Mei 2025 lalu wdbos. Aziin sempat dirawat di rumah sakit karena luka parah di wajah, tangan, dan kaki, sebelum akhirnya meninggal dunia empat hari kemudian.

Hingga Kamis (15/5/2025), Kapolsek Kerumutan Ipda Muhammad Ali Sodiq, S.Psi mengatakan belum ada tanda-tanda keberadaan beruang yang dimaksud. Kamera trap yang dipasang di sekitar lokasi kejadian juga belum berhasil merekam keberadaan hewan buas tersebut.

“Jejak baru juga belum ditemukan. Beruang belum terlihat kembali pasca insiden. Umpan dalam box trap pun belum disentuh,” ujar Kapolsek.

Umpan berupa minyak dan ikan sarden yang disimpan dalam kandang jebak masih dibiarkan karena dipercaya aroma tajam dari sarden yang membusuk justru bisa menarik beruang mendekat. Helarctos malayanus atau beruang madu dikenal memiliki penciuman yang sangat sensitif.

Menariknya, berdasarkan laporan warga dari desa terdekat, ada penampakan beruang berbulu hitam dengan mulut putih. Namun, ciri-ciri itu berbeda dengan beruang yang disebut korban sebelum meninggal. Aziin sempat mengungkap bahwa beruang yang menyerangnya memiliki warna cokelat kemerahan.

“Kalau benar itu dua individu berbeda, berarti ada lebih dari satu beruang di wilayah ini. Dan yang menyerang korban masih belum terpantau,” jelas Kapolsek.

Untuk mencegah insiden serupa, patroli terus dilakukan. Warga, termasuk pemilik kebun dan pencari hasil hutan, diimbau untuk tidak beraktivitas di sekitar kawasan hutan hingga situasi benar-benar aman.

Pihak berwenang juga terus memberikan edukasi dan peringatan kepada masyarakat agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah yang berpotensi menjadi habitat satwa liar.***(ang)