Riauterkini - TELUK KUANTAN - Hampir dua tahun belakangan perkembangan penambahan fasilitas publik di kota Telukkuantan, tidak nampak sejak kepemimpinan Kuansing ditinggal Mursini.
Tadinya pada tahun anggaran 2022 terdapat dua fasilitas publik yang diusulkan Bupati Non Aktif Andi Putra yakni Gedung Islamic Centre dan 'Jalan Malioboro' ala Kota Telukkuantan. Namun kedua kegiatan ini batal dilaksanakan. Padahal keduanya diharapkan menjadi ikon baru Kota Jalur.
Plt. Kadis Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kuansing Pebri Mahmud, Selasa (22/11/22) mengakui dua kegiatan tersebut akhirnya batal dilaksanakan.
Menurutnya 'Malioboro' ala Kota Telukkuantan atau dalam istilah teknis disebut Program Pedestrian Jalan Ahmad Yani gagal dilaksanakan karena perencanaan gagal tender.
"Untuk ditender ulang tidak cukup waktu pelaksanaannya," sebutnya.
Sementara untuk Gedung Islamic Centre atau dalam penganggaran disebut Gedung Pusat Studi Islam batal dilaksanakan karena ada pengurangan anggaran dari Pusat.
Angggota DPRD Kuansing Sutoyo menyayangkan sekali kedua program itu gagal dilaksanakan. Karena dua fasilitas itu dapat menjadi ikon baru di Kota Jalur dan Kuansing.
Gedung Quran atau Islamic Centre tiga lantai yang rencananya berada dekat Mesjid Agung dapat menjadi pusat kegiatan Islam di Kuansing. Di gedung ini lembaga keagamaan seperti Baznas, MUI dan LPTQ, Muhammadiyah dan NU serta yang lain dapat berkantor.
"Karena ada aula dan ruang pertemuan maka dapat digunakan untuk kegiatan sosial keagamaan seperti Bimtek atau pelatihan keagamaan," katanya.
"Jadi kalau tidak gagal di dalam kompleks Mesjid Agung terdapat fasilitas yang sudah lengkap seperti Mesjid Agung An Nur Pekanbaru," katanya.
Begitu juga dengan 'Malioboro' ala Kota Telukkuantan lanjutnya, akan menambah keindahan bagi kota itu. Penataan pedestrian Jalan Ahmad Yani diharapkan menjadi kawasan seperti Malioboro di Telukkuantan.
"Pedestrian atau Ruang Terbuka Hijau saat ini sudah menjadi kebutuhan sebuah kota. Tengok Siak bagaimana pedestrian dan RTH mereka menunjang pariwisata mereka," paparnya.
"Kalau orang datang ramai maka ekonomi juga bergerak. Karena ada uang masuk," sambungnya.
Menurut Sutoyo, penambahan infrastruktur publik diperlukan. Kuansing dapat menjadi tuan rumah Porprov salah satu berkat pembangunan infrastruktur olahraga di masa kepemimpinan Sukarmis seperti Sport Centre, Venue Dayung Kobun Nopi, GOR A dan GOR B yang berstandar nasional.
"Berkat sarana itu Kuansing pernah jadi lokasi PON XII Tahun 2012 lalu untuk sepak bola dan dayung. Bahkan jadi lokasi Indonesia Super Liga Indonesia (ISL) yang jarang dapat dirasakan daerah lain," katanya.
Oleh sebab itu jika Qur'an Centre tidak batal, Kuansing dapat menggelar kegiatan keagamaan tingkat provinsi, karena fasilitas sudah memadai.
"Jadi kalau di tempat kita ingin diselenggarakan kegiatan skala provinsi atau nasional fasilitas harus ada," katanya.
Sementara dalam catatan Riauterkini, penambahan fasilitas publik terakhir di Teluk Kuantan dilakukan pada masa kepemimpinan Mursini.
Fasilitas publik yang dibangun antara lain Gedung Pustaka, Gedung ICU, IGD dan Rawat Inap di RSUD Telukkuantan dan Puskesmas Rawat Inap Telukkuantan Dua Lantai di Tepian Narosa Telukkuantan. ***(Jok)