Riauterkini - PEKANBARU - Misteri kematian anak gajah Sumatera bernama Tari di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) akhirnya terungkap. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Tari yang berusia delapan tahun tewas akibat virus mematikan Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV).

Kepala Balai TNTN, Heru Sutmantoro, mengatakan virus tersebut menyerang organ hati dan menyebar sangat cepat. “Pengalaman kami di Aceh, dari muncul gejala hingga kematian hanya butuh waktu empat jam,” ujarnya.

Tim medis telah berupaya memberikan infus dan nutrisi, namun Tari tidak bisa diselamatkan.

EEHV merupakan virus herpes yang menyebabkan penyakit hemoragik parah dan sering berujung fatal, khususnya pada anak dan remaja gajah. Gajah yang terinfeksi biasanya hanya menunjukkan gejala ringan seperti lesu atau hilang nafsu makan, namun kondisinya bisa memburuk dalam hitungan jam.

Hingga kini, belum ada vaksin efektif untuk mencegah virus ini. "Yang jelas, sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif," kata Heru.

Sebagai langkah pencegahan, pihak Balai meningkatkan sanitasi lingkungan dan melakukan uji laboratorium terhadap gajah yang menunjukkan gejala sakit. Namun, kondisi semi-liar gajah di TNTN menyulitkan pemantauan rutin.

“Kondisinya berbeda dengan kebun binatang. Gajah di sini hidup di hutan, sehingga lebih sulit diawasi,” jelas Heru.

Untuk memperkuat daya tahan tubuh, gajah-gajah kini diberikan suplemen tambahan seperti vitamin dan mineral. “Kalau imunitas gajah kuat, dia bisa melawan virus. Tapi kalau lemah, bisa fatal,” tambahnya.

Saat ini, tujuh ekor gajah di flying squad TNTN menjadi perhatian khusus, termasuk Domang (anak-anak) serta Imbo, Tesso, dan Harmoni (remaja). Mereka tergolong kelompok usia paling rentan terhadap EEHV.

Kematian Tari menjadi pengingat serius akan ancaman EEHV terhadap populasi gajah Sumatera yang semakin terancam punah.***(Arl)