Riauterkini - PEKANBARU - Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Riau, isu kader partai lain yang masuk dalam struktur kepengurusan partai berlambang pohon beringin itu mencuat ke permukaan.
Sorotan tertuju pada nama Rinor Kuswan, yang disebut-sebut merupakan mantan pengurus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Riau.
Rinor Kuswan diketahui kini menempati posisi strategis sebagai Wakil Ketua DPD Partai Golkar Riau. Penunjukan tersebut mengundang pertanyaan dari sejumlah kader internal Golkar, mengingat rekam jejak Rinor sebelumnya berada di tubuh DPW PKB Riau.
Pada periode 2016-2021, Rinor Kuswan menjabat sebagai Wakil Ketua DPW PKB Riau di bawah kepemimpinan Abdul Wahid.
Jejak ini masih tercatat dalam struktur resmi pengurus PKB yang sempat dipublikasikan ke publik. Peralihan ke Partai Golkar dinilai sebagian kader sebagai langkah politis yang perlu dikaji ulang.
Sejumlah kader Golkar menyayangkan masuknya Rinor ke jajaran pengurus, terlebih dalam posisi strategis. Mereka khawatir kehadiran orang luar yang belum memiliki rekam jejak panjang di Golkar akan membawa dampak negatif, khususnya menjelang Musda yang krusial bagi konsolidasi internal.
"Dia bahkan memposisikan diri sebagai orang Ketum Bahlil Lahadalia di Riau," ujar seorang pengurus DPD Golkar Riau yang meminta namanya tidak dipublikasikan.
Menanggapi isu yang berkembang tersebut, Rinor Kuswan menegaskan jika dirinya di zaman kepengurusan Ramlan Zas sudah menjadi pengurus DPD Golkar Riau.
"Saya pengurus Golkar dan Caleg DPR RI zaman almarhum bang Ramlan Zas,"ujar Rinor.
Ia juga mengaku masuk sebagai pengurus Golkar di zaman kepengurusan Syamsuar, karena perintah ketua umum Bahlil Lahadalia.
"Saya masuk di perubahan struktur DPD Golkar Riau menggantikan posisi bang Yulisman, atas perintah Ketum Bahlil,"ujar Rinor Kuswan.
Sehingga dengan tegas dirinya mengaku tidak mengerti dengan isu yang berkembang jika dirinya disebut penyusup ke partai Golkar jelang Musda."Nggak ngerti saya susup susupan itu,"ujar Rinor.
Soal namanya menjadi pengurus PKB pada periode 2016-2021, diakuinya dan menurutnya hal yang biasa dalam politik tanah air, pindah-pindah partai sudah lumrah dan banyak terjadi pada politisi di tanah air.
"Banyak kan politisi-politisi yang pindah partai, biasa aja, mungkin saja ada nama saya di partai lain, seperti partai pak Anas bisa juga ada,"ujar Rinor.
Sehingga menurut Rinor, harusnya menjadi politisi jangan naif, karena bagi dirinya partai politik adalah alat untuk Perjuangan.
"Jangan naiflah saya ganti - ganti partai untuk pengabdian saja, beda dengan sebagian orang ganti partai untuk alat politik pribadi, pindah partai untuk jadi anggota DPR dan Gubernur, saya pindah, dan jadikan partai sebagai alat perjuangan,"tegas Rinor. ***(mok)