Riauterkini-PEKANBARU-Dewi Rahmawati Saputri, satu dari sekian banyak pekerja atau karyawan yang telah malang melintang menjadi bagian dari industri kehutanan di Riau membuktikan bahwa perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di tempatnya bekerja mampu mensejahterakan seluruh pekerjanya.
Kondisi itu pun ia rasakan setelah 6 tahun bergabung menjadi karyawati di PT Bukit Raya Mudisa (BRM) di Dharmasraya, Sumatera Barat. Selama 6 tahun itu pula, Dewi mengaku secara finansial perusahaan tersebut selalu stabil sejak awal ia bekerja dan membuat seluruh pekerjanya sejahtera. Menurutnya, pengalaman bekerja di HTI tersebut bisa dirasakannya juga karena mengikuti jejak sang ayah yang lebih dulu merasakan sebagai pekerja di bidang HTI dan telah lama pensiun.
"Dari sosok ayah saya, saya menjadi tahu bagaimana kerja di HTI itu. Begitulah saya mengikuti jejaknya. Ayah saya sudah 30 tahun kerja di HTI sampai pensiun. Kalau saya sudah 6 tahun di HTI, di PT Bukit Raya Mudisa (BRM) Dharmasraya, Sumbar. Saya di bagian office. Perusahaan ini stabil dan bisa mensejahterakan karyawannya," ujar Dewi ketika menjadi salah satu nara sumber dalam giat SIAR bersama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) wilayah Riau dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Provinsi Riau di Pekanbaru, 24 Desember pekan lalu.
Sementara itu, di lokasi yang sama, Ketua APHI Provinsi Riau, Muller Tampubolon menjelaskan bahwa APHI di Riau sendiri memiliki anggota 50 perusahaan yang terdiri dari 44 perusahaan yang bergerak di bidang Hutan Tanaman Industri (HTI), kemudian 1 perusahaan bergerak di bidang Hutan Alam dan 5 perusahaan di bidang Restorasi Ekosistem.
Dari 50 perusahaan itu, APHI mengelola luas kawasan hutan lebih kurang seluas 1,7 juta hektar. Terdiri dari 1,5 juta hektar hutan tanaman, 150 hektar hutan restorasi dan hutan alam seluas 90 ribu hektar. Lalu dari luas 1,5 juta hektar hutan tanaman tersebut, ada sekitar 1 juta 12 ribu hektar yang sudah tertanam, sementara sisanya adalah konservasi yang tetap dipertahankan.
"Ada 1 juta12 ribu hektar tertanam dari 1,5 juta hektar hutan tanaman. Panen sekali lima tahun, membutuhkan 30-38 ribu juta meter kubik kayu. Dalam lima tahun itu, kira-kira sekitar 200 ribu hektar panen setiap tahunnya. Selama masa periode tersebut, kita pun membutuhkan tenaga kerja untuk mengelola 200 ribu hektar setiap tahun. Kita harus investasi Rp 3,3 triliun setiap tahunnya," tuturnya.
Kemudian, untuk pengelolaan industri kehutanan yang dikelola oleh 50 perusahaan, APHI juga menerapkan konsep 3P, yakni Planet, People dan Provit. Konsep Planet, kata dia lagi, dalam mengelola kawasan hutan, harus betul-betul menjaga kawasan konservasi dan keberagaman hayati dan lingkungan. Lalu konsep People, sambungnya, perusahaan di bawah APHI Riau membuka lapangan pekerjaan dan memotivasi masyarakat sebagai pengusaha. Sedangkan konsep Provit, industri kehutanan tersebut akan menjadi salah satu sumber devisa negara maupun daerah.
"Saat ini jumlah tenaga kerja di APHI tahun 2025 mencapai 55 ribu sampai 58 ribu pekerja. Jumlah tersebut terbagi ke dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Ada juga karyawan pendukung yang ditempatkan di bagian pemanenan dan pengangkutan," tutupnya.***(gas)