Riauterkini-BENGKALIS – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkalis resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bengkalis dalam rangka memperkuat pembinaan kerohanian bagi warga binaan, Kamis (28/8/25).

Acara yang berlangsung di Aula Lapas Kelas IIA Bengkalis pukul 09.30 WIB itu dihadiri Kepala Kantor Kemenag Bengkalis Drs. H. Khaidir beserta jajaran, Kepala Lapas Bengkalis Kriston Napitupulu, Forkopimda, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta perwakilan warga binaan.

Kalapas Bengkalis, Kriston Napitupulu, menegaskan bahwa kerja sama ini menjadi langkah strategis menjawab tantangan kondisi Lapas yang saat ini mengalami overcrowding. “Di balik keterbatasan, ada peluang untuk memperkuat sinergi. Melalui kerja sama dengan Kemenag, pembinaan kerohanian dapat dilakukan lebih mendalam, terencana, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pembinaan agama tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga transformasi moral dan spiritual. “Agama adalah fondasi karakter. Harapan kami, warga binaan bisa mengalami pertobatan dan kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih baik,” tegas Kriston.

Sementara itu, Kepala Kemenag Bengkalis, Drs. H. Khaidir, menegaskan pihaknya akan memberikan pelayanan keagamaan secara adil tanpa diskriminasi.

“Setiap warga binaan adalah ciptaan Tuhan yang sama derajatnya. Kami ingin mereka tidak hanya tahu cara beribadah, tetapi juga memahami makna dan hikmah di baliknya,” katanya.

Melalui MoU ini, program pembinaan meliputi ceramah dan dakwah, pengajian dan kajian kitab suci, fiqih, tahsin, sekolah Alkitab, pembacaan Paritta suci, hingga kegiatan seni budaya keagamaan. Semua kegiatan akan melibatkan penyuluh agama lintas keyakinan secara reguler.

Sebagai bentuk dukungan, Kemenag Bengkalis menyerahkan bantuan empat mushaf Al-Qur’an serta alat tulis untuk menunjang aktivitas keagamaan warga binaan. Bantuan tersebut diterima langsung oleh Kalapas Kriston Napitupulu.

Acara ditutup dengan foto bersama penuh kehangatan antara jajaran Lapas, Kemenag, penyuluh agama, dan warga binaan — simbol kolaborasi inklusif untuk mewujudkan pemasyarakatan yang lebih humanis.***(dik/rls)