Riauterkini - PEKANBARU - Tokoh Adat Melayu Riau, Datuk Seri H. Nasruddin Hasan, menilai sosok Afrizal Sintong, Ketua DPD Partai Golkar Rokan Hilir, sebagai figur pekerja keras dan pantang menyerah.
Ia bahkan menyebut karakter Afrizal mirip dengan Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM yang juga dikenal sebagai tokoh muda yang berangkat dari bawah.
Menurut Nasruddin, perjalanan hidup dan karier politik Afrizal Sintong menggambarkan semangat anak daerah yang berjuang tanpa kenal lelah.
Dari daerah pesisir Rokan Hilir, Afrizal menapaki karier politiknya sedikit demi sedikit, hingga kini dipercaya memimpin kabupaten dan sekaligus Partai Golkar di daerahnya.
"Afrizal itu lahir dari sudut negeri, tapi bisa mencapai titik puncak kariernya. Karakternya sangat mirip dengan Bahlil Lahadalia, sama-sama pekerja keras, punya semangat juang tinggi, dan berani mengambil keputusan," ujar Datuk Seri Nasruddin Hasan di Pekanbaru, Senin (20/10/25).
Sebagai mantan Ketua DPRD Rokan Hilir dan juga kader asli Partai Golkar, Nasruddin mengaku mengenal dekat sosok Afrizal. Ia menyebut, keberhasilan Afrizal bukan hasil dari keberuntungan, melainkan buah dari kerja keras dan ketekunan.
“Saya melihat sendiri bagaimana dia meniti langkahnya dari bawah. Dia membangun kariernya dengan kerja nyata, bukan karena restu semata. Itulah yang membuatnya dihormati banyak orang,” katanya.
Nasruddin menilai, di tengah kondisi politik yang serba tidak pasti, Golkar Riau membutuhkan figur seperti Afrizal — sosok muda yang disiplin, fokus, dan memahami realitas masyarakat di akar rumput.
"Golkar butuh pemimpin yang bukan hanya paham strategi, tapi juga tahu bagaimana memperjuangkan rakyat. Afrizal punya karakter itu. Dia tidak cepat menyerah, dan selalu menyelesaikan apa yang sudah dia mulai,” tegasnya.
Lebih jauh, Nasruddin menyebut keteguhan dan integritas Afrizal sejalan dengan falsafah kepemimpinan Melayu, yang menjunjung tinggi marwah dan tanggung jawab terhadap amanah.
“Dalam adat Melayu, seorang pemimpin itu harus bekerja dengan hati, jujur, dan tidak mudah goyah. Afrizal sudah menunjukkan hal itu,” tuturnya.
Golkar Riau Butuh Pemimpin yang dari Bawah
Nasarudin juga menambahkan, selama perjalanan Golkar di Riau, sosok ketua yang dipilih oleh mayoritas suara, terbukti mampu menunjukkan hasil yang maksimal di Pemilu.
Karena, kalau dibaca sejarah, Golkar Riau selalu berjaya ketika ketuanya dipilih oleh mayoritas suara. Sehingga, aspirasi kader di bawah harus menjadi pertimbangan besar bagi DPP.
"Saya mengikuti Musda Golkar dimulai pergantian dari H Ramlan Zas ke H Rusli Zainal, yang dilaksanakan dengan aklamasi, suara DPD kabupaten/kota setuju dengan figur beliau. Hasilnya Golkar maju," jelasnya.
Kemudian, dilanjutkan dengan aklamasi pergeseran ke H Indra Adnan, juga berjalan dengan baik. Suara DPD kabupaten/kota se Riau menginginkan figur H Annas Mamun juga berjalan lancar, lalu berlanjut ke H Arsyadjuliandi Rachman, dan terakhir Syamsuar.
"Intinya, selama ini Musda berpedoman pada pemilik suara. Tapi di Musda kali ini, sayang seribu sayang, kenapa Musda yang sudah dijadwalkan dan para pemilik suara serta undangan sudah berdatangan ke Pekanbaru tempat acara, tiba-tiba diundur," katanya.
Sebagai orang yang sudah dibesarkan oleh Partai Golkar sejak 1981 dan pernag sukses memimpin DPRD Kabupaten Rokan Hilir periode 2009 - 2014 dan 2014 - 2019, merasa prihatin atas semua ini.
"Karena informasi valid yang saya terima, 12 DPD Golkar kabupaten/kota se-Riau sudah solid dengan figur H Afrizal Sintong. Sebenarnya itulah modal awal kita ingin melihat Golkar berjaya seperti masa yang lalu," tambahnya.
Terakhir sebagai orang tua, dia ingin menyampaikan ke DPP Partai Golkar khususnya Ketua Umum, Bahlil Lahadalia, bahwa suara Golkar adalah suara rakyat, suara kabupaten/kota adalah suara untuk kepemimpinan provinsi yang selama ini sudah kita sepakati.
"Dan inilah yang menjadi roh perjuangan kita, InsyaAllah kita bisa menjadi yang terbilang dan cemerlang," tegas sesepuh Partai Golkar Riau ini. ***(rls/mok)