Riauterkini - PEKANBARU - Meski lama tak bertemu seiring bertambahnya usia, tidak menghilangkan kenangan kebersamaan Hj. Asmarni dengan Bistamam, Bupati Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) saat ini. Bistamam merupakan teman sekaligus saudara sekampung asal Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.
Salah satu kenangan terindah tak terlupakan adalah sama-sama naik bendi ke sekolah dan suka berseloroh di perjalanan.
Sebagai saksi hidup sesama perantauan dari sebuah kampung kecil Rantau Bais, Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir, Asmarni yang masih saudara sepupuan Bistamam ini dengan jelas mengingat rumah tinggal keluarga ketika itu di Jalan Dahlia, Pekanbaru.
"Kadang kami bersama teman lainnya juga berjalan kaki, kadang sesekali kami patungan bersama membayar ongkos Bendi," kenang perempuan kelahiran 29 November 1949 yang saat ini bertempat tinggal di Tangkerang Selatan, Pekanbaru.
Diceritakan Asmarni, awal hijrahnya dari Rantau Bais ke Kota Pekanbaru saat itu mereka sama duduk di bangku kelas 5 SD. Bersama saudaranya Bistamam pula sama mendaftar sekolah di SDN 011 Rintis, Pekanbaru. Bahkan Asmarni masih mengingat nama Kepala Sekolah SD nya ketika itu, ibu Rukiyah.
Setelah menamatkan pendidikan di SDN 011 Pekanbaru, keduanya sama sama pula memilih bersekolah lanjutan di SMPN 1 Pekanbaru. Ketika itu pilihan bersekolah tidak sebanyak sekarang, sehingga pilihan hanya SMPN 1 Pekanbaru.
Sejumlah teman seangkatan masih diingatnya, seperti Zulkifli, Sri Intan, juga anak Tengku Bay bernama Rukiyah. Begitu pula sejumlah kakak kelas yang namanya cukup dikenal seperti Muzni Tambusai, Saleh Jasid mantan Gubernur Riau dan sejumlah nama lainnya.
"Jadi kami sama Bistamam selalu bersama, apalagi bersaudara dan berasal satu kampung yang sama Rantau Bais," ungkapnya mengenang.
Tiga tahun kebersamaan bersekolah di SMPN 1 Pekanbaru, Asmarni masih tidak satu kelas dengan saudaranya Bistamam. Hanya saat keluar main atau jam istirahat dan saat pulang ke rumah saja selorohnya dengan Bistamam yang sering disapa Bis atau Ubis berlanjut.
Meski suka berseloroh, Bistamam di mata Asmarni sosok teman yang sportif.
Apapun yang kita minta tolong, ia dengan senang hati membantu meringankan. "Bistamam, orangnya selalu care, apapun yang kita minta tolong ia dengan senang hati membantu," ungkap Asmarni.
Setelah menamatkan pendidikan di SMPN 1 Pekanbaru, kebersamaan Asmarni dengan Bistamam masih berlanjut karena masih memilih sekolah yang sama yakni SMEA Pekanbaru. "Kami sama-sama tamat dan langsung masuk SMEA," beber Asmarni.
Singkat cerita, ketika di SMEA Pekanbaru, Asmarni tidak melanjutkan pendidikannya hingga kelas akhir. Karena ia mesti mengikuti saran kedua orangtuanya untuk berumah tangga dengan seorang laki-laki pilihan. "Ketika itu saya kelas tiga dan tak mengikuti ujian akhir SMEA," pungkas Asmarni.
Lain halnya dengan saudaranya Bistamam, tetap melanjutkan sekolah hingga tamat di SMEA Pekanbaru. "Kalau Bistamam sampai tamat, sedangkan saya tak menamatkan sekolah karena diminta menikah oleh orang tua saya," ungkapnya.
Setelah berumah tangga, Asmarni mengikuti sang suami pindah ke Kota Jakarta. Suami Asmarni meninggal tahun 2013 di Pekanbaru dan mengarungi perkawinan selama 42 tahun. Sang suami pensiunan dari PNS di Kementerian PU Jakarta.
Pesan khusus dilontarkan Asmarni, berharap masyarakat berpikiran positif terkait keraguan pendidikan yang ditempuh Bistamam, yang saat ini menjadi Bupati Rokan Hilir.
"Masyarakat jangan ragu, saya saksi hidup teman sekolah Bistamam," pesan Hj. Asmarni sembari menyerukan kita untuk berpikir positif. ***(rls/mok)